Marwah Mahasiswa di Pertanyakan, Mahasiswa Pergerakan Harus Bertindak
“Dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”
KI Hajar Dewantara

Era modernisasi sudah jauh dari reformasi, sejarah tergerus catatan-catatan baru yang mampu menembus ruang dan waktu. Manusia semakin dituntut berlomba-lomba untuk eksis dalam media informasi. Sudah tidak ada lagi manusia yang kurang update, bahkan setiap detik aktivitas manusia di era dewasa ini tidak luput dari yang namanya Insta Story, WhatSapp Strory, status Fecebok, dan masih banyak lagi media yang sejenis. Sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia khususnya mahasiswa.
Revolusi zaman telah menuntun gaya hidup mahasiswa mejadi lebih simple dan spontan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang banyak menawarkan kemudahan. Cukup dengan duduk manis menatap layar kaca, mahasiswa mampu mengkaji berbagai materi perkuliahan dengan sangat leluasa tanpa harus merelakan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan.
Adanya kemajuan teknologi mahasiswa mendapat banyak keuntungan, dari mulai menghemat waktu, uang, dan tenaga. Mahasiswa tidak perlu lagi merogoh saku untuk membeli buku, tetapi cukup dengan memberi kuota unlimited seharga 70 ribu rupiah sudah mampu mengakses segala bentuk informasi dalam satu bulan tanpa henti. Akan tetapi memanfaatkan teknologi menjadi kesan yang buruk jika penggunaannya terlalu berlebihan. Hal ini terjadi di lingkungan mahasiswa saat ini. Peranan mahasiswa mengalami degradasi yang sangat signifikan, diawali dengan jarangnya bersosialisasi, kurangnya rasa peka terhadap masalah sosial, serta daya kritis mahasiswa yang cenderung berkurang.
Dari dampak buruk tersebut, mahasiswa menjadi pribadi yang apatis, dalam istilah jawa “hola-holo” atau “plonga-plongo”. Dampak lain yang lebih mengerikan adalah hilangnya marwah mahasiswa terhadap kepercayaan masyarakat sebagai generasi penerus bangsa dalam peranannya menjadi agent of change.
Adanya berbagai faktor kemunduran yang terjadi, marwah mahasiswa perlu dikembalikan, harus ada upaya rekontruksi yang tepat dalam lingkungan mahasiswa. Selain tugas dari perguruan tinggi, organisasi atau aktivis mahasiswa diharapkan peranannya untuk melakukan tindakan intensif yang tepat. Salah satunya adalah mahasiswa pergerakan yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Sebagai organisasi ekternal, ruang lingkupnya lebih leluasa dalam melaksanakan kederisasi. Maka dari berbagai sektor kegiatan harus benar-benar mampu menjembatani agar marwah mahasiswa dapat di rekontruksi.
Kegiatan kaderisasi harus lebih ditekankan untuk membangun dan membentuk pola fikri mahasiswa terhadap keadaan sosial. Salah satunya adalah diskusi, yang merupakan salah satu kegiatan ciri khas dari mahasiswa pergerakan. Esensi yang harus diupayakan antara lain ;
1. Sikap saling menghargai
2. Tertanan sikap demokratis
3. Pengembangan daya fikir
4. Pengembangan pengetahuan dan pengalaman
5. Terwujudnya proses kreatif dan analisis
6. Melatih kemampuan berbicara
7. Kepedulian terhadap lingkungan dan keadaan sosial
8. Terbentuknya pribadi yang kritis
Di dalam kampus, mahasiswa dipelajari beragam teori dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti yang disebutkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian masyarakat, yang dibuktikan dengan program kuliah kerja nyata (KKN). Maka sudah jelas bahwa sifat kritis dan peduli terhadap lingkungan dan keadaan sosial menjadi hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus. Dan bukan hanya dari perguruan tinggi, justru peranan aktivis mahasiswa dari organisasi internal maupun ekternal diharapkan mampu menjadi fasilitator atau jembatan dalam berproses untuk mengembalikan marwah mahasiswa yang sempat hilang, khususnya mahasiswa pergerakan.
Hidup mahasiswa ✊
BalasHapus