Puisi Sahabat PMII

Yang Kalah
Oleh: Miftahul Huda

Tangan ibu meraba menghimpun padi,
Mengapa selongsong biji besi ikut menghiasi?
Disaringlah aliran air,
Mengapa merah anyir ikut mengalir?
Luka menganga perlahan dijahit,
Tarian mayat semakin melompat dari langit-langit.

Mata ibu dipikat kejinya singgasana,
Pekikan “Bunuh!” keras menggema,
Getaran tanah menggugah jiwa beringas,
Mengikut jiwa ibu pada keringat yang kian menderas,
Tangannya mengepal mengecam belenggu kaki,
Menabuh genderang perang memulai.

“Pikirlah, kita sedarah!” 
Bersambut daratkan popor dari segala arah,
Suapan nasi ibu menguatkan otot aparat,
Berlanjut bersambut peluru para keparat,
Tiba waktu ibu dipaksa memulai tari, 
Sedang nasib tanah kini berganti api.


Jogja, 5 Oktober ‘19

Komentar

Postingan Populer